Rabu, 31 Desember 2014

Destinasi Wisata Provinsi Jawa Tengah

Selamat berpenghujung tahun 2014 Pembaca Pintar!

Tidak terasa, dalam hitungan jam kita akan berpindah dari tahun 2014 menuju tahun baru 2015. Sudahkah anda membuat resolusi untuk tahun baru nanti? Sudahkah anda merenungkan hal apa saja yang belum anda capai tahun 2014 ini?
Semoga apapun yang anda dan keluarga anda cita-citakan nanti bisa segera tercapai. Satu kunci yang patut kita pegang sebagai orang yang beriman yaitu: IKHTIAR. Tanpa do'a, usaha tak ada guna. Tanpa usaha pula, do'a akan terasa tak bernyawa.

Nah, kami akan sekedar berbagi info dengan anda mengenai beberapa destinasi wisata yang bisa anda kunjungi untuk mengisi acara pergantian tahun anda nanti malam. Beberapa destinasi wisata yang kami rekomendasikan adalah yang berada di provinsi Jawa Tengah.
Disadur dari website resmi wisata Nusantara, https://indonesia.travel, kami akan mengulas beberapa tempat yang mungkin bisa jadi tujuan utama anda memperkenalkan spot-spot wisata alam, religi maupun budaya kepada buah hati anda. So, check these spots out! :)

1. Keraton Kasunanan Solo


Jika berbicara mengenai Kota Solo, salah satu yang terlintas dibenak kita adalah kemegahan Keraton Kasunanan Solo. Keberadaan keraton ini tidak lepas dari budaya, nilai sejarah dan nilai magisnya. Pembangunan keraton dilakukan dari tahun 1743 hingga 1745. Konstruksi bangunan keraton menggunakan bahan kayu jati yang diperoleh dari Alas Kethu di dekat kota Wonogiri. Luas keraton ini sekitar 54 hektar, mulai dari Alun- Alun Utara hingga Alun-Alun Selatan dan dikitari oleh Pasar Klewer dan Masjid Agung Surakarta.

Bangunan keraton terdiri dari Pagelaran, Siti Hinggil,Kori Brojowolo, Kori Kamandungan, Kori Sri Manganti, dan Panggung Sangga Buwana. Sedangkan bagian keraton yang tidak boleh dikunjungi wisatawan adalah Sasana Sewaka, Sasana Pustaka, dan Maligi.

Keraton ini juga memiliki museum yang menyimpan barang-barang peninggalan keraton dan fragmen candi-candi di Jawa Tengah. Benda-benda yang dipamerkan mulai dari alat memasak abdi dalem seperti: dandang, mangkuk serta beberapa peralatan memasak dari gerabah sampai senjata-senjata kuno yang digunakan keluarga kerajaan, juga peralatan kesenian. Koleksi menarik lainnya antara lain kereta kencana, topi kebesaran Paku Buwana VI, Paku Buwana VII, serta Paku Buwana X.
Di samping museum terdapat Sasana Sewaka. Halaman Sasana Sewaka diselimuti oleh hamparan pasir yang diambil langsung dari Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo.
Di keraton ini juga terdapat menara yang disebut Panggung Sanggabuwana yang konon digunakan oleh Susuhunan untuk bersemedi dan bertemu Nyai Rara Kidul, penguasa Pantai Selatan. Selain sebagai tempat semedi, menara ini juga berfungsi sebagai menara pertahanan untuk mengontrol keadaan di sekeliling keraton.

Menjelajah Keraton Kasunanan berarti menjelajah sejarah, seni dan budaya dalam waktu yang bersamaan. Anda akan mendapatkan banyak informasi mengenai kehidupan keraton sehingga membuat kunjungan Anda sangat berarti. Menelusuri setiap sudut ruangan di dalam keraton merupakan kegiatan yang menarik karena desain ruangannya sangat unik dan bernilai seni tinggi. Merapat dengan benda-benda peninggalan keraton yang disimpan dengan apik di dalam museum akan menyadarkan Anda bahwa keraton ini memiliki kekayaan yang bernilai tinggi sekaligus sakral.

2. Candi Borobudur

Candi Borobodur adalah monumen Buddha terbesar di dunia. Dibangun pada masa Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra pada tahun 824. Candi Borobudur dibangun 300 tahun sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 400 tahun sebelum katedral-katedral agung di Eropa.

Candi Borobudur memiliki luas 123x123 m² dengan 504 patung Buddha, 72 stupa terawang dan 1 stupa induk. Bentuk candi ini beraksitektur Gupta yang mencerminkan pengaruh India. Setelah berkunjung ke sini Anda akan memahami mengapa Borobudur memiliki daya tarik bagi pengunjung dan merupakan ikon warisan budaya Indonesia.
 
Lembaga internasional dari PBB yaitu UNESCO mengakui sekaligus memuji Candi Borobudur sebagai salah satu monumen Budha terbesar di dunia. Di Candi ini ada 2672 panel relief yang apabila disusun berjajar maka panjangnya mencapai 6 km. Ansambel reliefnya merupakan yang paling lengkap di dunia dan tak tertandingi nilai seninya serta setiap adegannya adalah mahakarya yang utuh.

Sejak pertengahan abad ke-9 hingga awal abad ke-11, Candi Borobudur menjadi tempat peziarah umat Budha dari China, India, Tibet, dan Kamboja. Candi Borobudur menjadi salah satu jejak sejarah paling penting dalam perkembangan peradaban manusia. Kemegahan dan keagungan arsitektur Candi Borobudur merupakan harta karun dunia yang mengagumkan dan tak ternilai harganya.

Borobudur terdiri dari 1460 panel relief dan 504 stupa namun sebenarnya masih ada 160 panel yang sengaja ditimbun di bagian paling bawah, berisi adegan Sutra Karmawibhangga (hukum sebab-akibat). Ada pula yang menyatakan bahwa penimbunan bagian bawah tersebut untuk menguatkan bagian pondasi yang sejak awal ditemukan sudah sangat rusak.

Candi Borobudur dibangun selama 75 tahun di bawah pimpinan arsitek Gunadarma dengan 60.000 meter kubik batuan vulkanik dari Sungai Elo dan Progo yang terletak sekitar 2 km sebelah timur candi. Saat itu sistem metrik belum dikenal dan satuan panjang yang digunakan untuk membangun Candi Borobudur adalah tala yang dihitung dengan cara merentangkan ibu jari dan jari tengah atau mengukur panjang rambut dari dahi hingga dasar dagu.

Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, sejarawan J.G. de Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram kuno dari dinasti Syailendra bernama Samaratungga, dan membangunan candi ini sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad.

Pada awalnya, candi ini diperkirakan sebagai tempat pemujaan. J.G. de Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa Sansekerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur. Sebagian sejarawan juga ada yang menyatakan bahwa nama Borobudur ini berasal dari bahasa Sansekerta yaitu "Vihara Buddha Uhr” yang artinya  “Biara Buddha di Bukit”.

Candi ini berada di Jawa Tengah, di puncak bukit menghadap ke sawah yang subur di antara bukit-bukit yang renggang. Cakupan wilayahnya sangat besar, yakni berukuran 123 x 123 meter. Candi Borobudur ternyata dibangun di atas sebuah danau purba. Dulu, kawasan tersebut merupakan muara dari berbagai aliran sungai. Karena tertimbun endapan lahar kemudian menjadi dataran. Pada akhir abad ke VIII, Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra lantas membangun Candi Borobudur yang dipimpin arsitek bernama Gunadharma hinggga selesainya tahun 746 Saka atau 824 Masehi.
  
Luas bangunan Candi Borobudur ialah 15.129 m²  yang tersusun dari 55.000 m³ batu, terdiri dari 2 juta potongan batu-batuan. Ukuran batu rata-rata 25 x 10 x 15 cm. Panjang potongan batu secara keseluruhan 500 km dengan berat keseluruhan batu 1,3 juta ton. Dinding-dinding Candi Borobudur dikelilingi oleh gambar-gambar atau relief yang merupakan satu rangkaian cerita yang terususun dalam 1.460 panel. Panjang panel masing-masing 2 meter. Jadi kalau rangkaian relief itu dibentangkan maka kurang lebih panjang relief seluruhnya mencapai 3 km. Candi ini memiliki 10 tingkat, dimana tingkat 1-6 berbentuk bujur sangkar, sedangkan tingkat 7-10 berbentuk bundar. Arca yang terdapat di seluruh bangunan candi berjumlah 504 buah. Sedangkan, tinggi candi dari permukaan tanah sampai ujung stupa induk dulunya 42 meter, namun sekarang tinggal 34,5 meter setelah tersambar petir. Bagian paling atas di tingkat ke-10 terdapat stupa besar berdiameter 9,90 m, dengan tinggi 7 m.
  

Arsitektur dan bangunan batu candi ini sungguh tiada bandingannya. Candi ini dibangun tanpa menggunakan semen. Strukturnya seperti sebuah kesatuan deretan lego yang saling mengukuhkan dan  dibuat bersamaan tanpa lem sedikitpun.

 Sir Thomas Stanford Raffles menemukan Borobudur pada tahun 1814 dalam kondisi rusak dan memerintahkan supaya situs tersebut dibersihkan dan dipelajari secara menyeluruh. Keberadaan Borobudur sebenarnya telah diketahui penduduk lokal di abad ke-18 dimana sebelumnya tertimbun material Gunung Merapi.

Proyek restorasi Borobudur secara besar-besaran kemudian dimulai dari tahun 1905 sampai tahun 1910. Dengan bantuan dari UNESCO, restorasi kedua untuk menyelamatkan Borobudur dilaksanakan dari bulan Agustus 1913 sampai tahun 1983. Candi ini tetap kuat meski selama sepuluh abad tak terpelihara. 

Tahun 1970-an Pemerintah Indonesia dan UNESCO bekerja sama untuk mengembalikan keagungan Borobudur. Perbaikan yang dilakukan memakan waktu delapan tahun sampai dengan selesai dan saat ini Borobudur adalah salah satu keajaiban dan harta Indonesia dan dunia yang berharga.

Berbagai disiplin ilmu pengetahuan terlibat dalam usaha rekonstruksi Candi Borobudur yang dilakukan oleh Teodhorus van Erp tahun 1911,  Prof. Dr. C. Coremans tahun 1956, dan Prof.Ir. Roosseno tahun 1971. Kita patut menghargai usaha mereka memimpin pemugaran candi mengingat berbagai kendala dan kesulitan yang dihadapi tidaklah mudah. Tahun 1991 akhirnya Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO.

Candi Borobudur dihiasi dengan ukiran-ukiran batu pada reliefnya yang mewakili gambaran dari kehidupan Budha. Para arkeolog menyatakan bahwa candi Borobudur memiliki 1.460 rangkaian  relief di sepanjang tembok dan anjungan. Relief ini terlengkap dan terbesar di dunia sehingga nilai seninya tak tertandingi.  Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai dan berakhir pada pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya. Cerita dimulai dari sebelah kiri dan berakhir di sebelah kanan pintu gerbangnya.

Monumen ini adalah tempat suci dan tempat berziarah kaum Budha. Tingkat sepuluh candi melambangkan tiga divisi sistem kosmik agama Budha. Ketika Anda memulai perjalanan mereka melewati dasar candi untuk menuju ke atas, mereka akan melewati tiga tingkatan dari kosmologi  Budhis dan hakekatnya merupakan “tiruan” dari alam semesta yang menurut ajaran Budha terdiri atas 3 bagian besar, yaitu: (1) Kamadhatu atau dunia keinginan; (2) Rupadhatu atau dunia berbentuk; dan (3) Arupadhatu atau dunia tak berbentuk.

Seluruh monumen itu sendiri menyerupai stupa raksasa, namun dilihat dari atas membentuk sebuah mandala. Stupa besar di puncak candi berada 40 meter di atas tanah. Kubah utama ini dikelilingi oleh 72 patung Budha yang berada di dalam stupa yang berlubang.

 3. Dataran Tinggi Dieng


Dataran tinggi Dieng terletak 30 km dari kota Wonosobo, tepatnya di perbatasan Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Dataran tinggi Dieng memiliki banyak candi-candi kecil kuno yang indah terhampar di kawasan dataran tinggi gunung api.

Di tempat ini Anda dapat melihat candi bercorak Hindu dengan arsitektur yang indah dan unik. Selain itu daerah wisata ini juga memiliki Dieng Plateau Theater yang menyediakan informasi keajadian alam di sekitar Dieng. Bioskop ini mampu menampung 100 kursi, memiliki taman yang asri dan sangat nyaman untuk Anda bersantai sambil dimanjakan dengan panorama indah dari rangkaian pegunungan sekitarnya.

Nama ‘Dieng’ sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yaitu  “Di”  yang berarti tempat yang tinggi dan ”Hyang” yang artinya tempat para dewa dewi. Diartikan kemudian sebagai tempat kediaman para dewa dan dewi. Ada juga yang mengartikannya dari bahasa Jawa yaitu “adi” berarti indah, berpadu dengan kata “aeng” yang artinya aneh. Penduduk setempat kadang mengartikannya sebagai tempat yang indah penuh dengan suasana spiritual.

Dataran tinggi Dieng bagaikan negeri di atas awan. Terhampar di ketinggian 2.000 m di atas permukaan laut membuat udaranya sejuk dan menyegarkan serta ditutupi kabut tebal. Karena keindahannya yang menakjubkan inilah diyakini bahwa Dieng dipilih sebagai tempat yang sakral dan tempat bersemayamnya dewa dewi.

Anda akan melihat lumpur mendidih yang mengeluarkan gelembung, danau belerang berwarna cerah, dan kabut tebal yang menyelimuti dataran tinggi Dieng. Melihat, merasakan, dan membayangkan tempat ini secara langsung akan membuat Anda memahami mengapa masyarakat Jawa menganggap Dieng sebagai tempat yang memiliki kekuatan supernatural. Saat terpesona dengan keindahan alam Dieng maka Anda sekaligus juga merasakan getaran misterius di tempat ini.

Kawasan Dieng memiliki banyak candi-candi  kecil yang dinamai tokoh-tokoh cerita epik Mahabrata seperti Bima, Gatot kaca, Arjuna dan Srikandi. Diyakini bahwa candi-candi ini dulu digunakan sebagai tempat tinggal para pendeta yang menyebarkan ajaran Hindu.

Keindahan pemandangan alam kawasan Dieng telah banyak memukau wisatawan yang datang dan memberi kesan mendalam secara pribadi. Mulai dari danau-danau berwarna hijau dan kuning, airnya yang jernih dapat menjadi cermin, keindahan alam kawasan ini sungguh luar biasa.  Danau cermin ini merupakan fenomena keindahan dataran tinggi  Dieng yang sungguh mengagumkan.

Jika Anda mendaki ke atas dataran tinggi Dieng maka seolah berada di puncak dunia. Anda akan mendapatkan pengalaman yang luar biasa saat melihat pemandangan danau yang berwarna-warni dan berkabut tebal di sekelilingnya.

Bila itu belum cukup dan Anda ingin merasakan pengalaman yang lebih spektakuler maka datanglah ke dataran tinggi Dieng untuk melihat matahari saat terbit dan terbenam dengan warna keemasan dan keperakan yang luar biasa. Sunrise yang indah ini merupakan fenomena alam yang unik dan mengagumkan  apalagi bila Anda melihatnya dari atas candi.

Saat perjalanan menuju ke daratan tinggi Dieng ini Anda akan melewati perkebunan tembakau dan pemandangan gunung yang indah.

Menelisik fenomena anak gimbal atau penduduk setempat menyebut "anak gembel" yang tinggal di Dataran Tinggi Dieng merupakan pengalaman yang unik. Menurut kepercayaan warga setempat, anak gimbal merupakan anugerah dari para dewa sehingga fenomena ini patut disukuri. Biasanya jika rambut anak gimbal dipaksakan dipotong, maka si anak akan cenderung sakit-sakitan, dan anehnya rambut gimbal anak-anak gimbal tidak secara alami tumbuh ketika mereka dilahirkan, namun tumbuh saat usia mereka menginjak 1-2 tahun.

4. Masjid Agung Demak


Masjid Agung Demak memiliki banyak keunikan dengan umur lebih dari 500 tahun. Desain arsitekturnya masih tampak anggun bergaya lokal. Wujud Masjid Agung Demak memberi kesan megah, anggun, dan  karismatik. Di sini Anda dapat menikmati arsitekturnya yang unik dan bernilai sejarah tinggi. Tentunya wisata religi dan ziarah adalah tema utamanya. Anda akan merasakan kesejukan dan kenyamanan bersujud di dalam masjid meski di luar terasa panas.
Teras masjid juga cukup luas dinaungi atap dan lantai keramik yang menjadikan Anda  nyaman untuk duduk-duduk atau berbaring. Apalagi bila Anda telah melakukan perjalanan jauh untuk sekedar singgah di sini.

Saat Anda memasuki kawasan masjid maka akan disambut pintu masuk utama masjid bernama Lawang Bhledeg yang dipercaya mampu menangkal petir. Pintu ini juga bertuliskan Nogo Mulat Saliro Wani yaitu bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 M atau 887 H. Serambi di bagian depan masjid berupa ruang terbuka tanpa dinding dan ruangan dalam. Ada juga tempat khusus jamaah wanita di sebelah kiri yang disebut Pawestren dan telah dibuat tahun 1866 M.

Masjid Agung Demak berdiri di tengah kota menghadap alun-alun yang merupakan pusat kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan. Kota Demak sendiri saat itu seakan ingin meyatukan kawasan masjid, kraton dan saran-sarana pendukungnya termasuk alun-alun di bagian tengah. Lima buah pintu yang menghubungkan satu bagian dengan bagian yang lain sekaligus sebagai lambang 5 rukun Islam yakni syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Sementara enam jendelanya melambangkan 6 rukun iman yakni percaya kepada Allah SWT, percaya kepada rasul-rasul-Nya, percaya kepada kitab-Nya, percaya kepada malaikat-Nya, percaya datangnya kiamat, serta percaya kepada qada dan qadar.

Di samping masjid ada ruangan kecil berfungsi sebagai museum penyimpan benda-benda bersejarah. Di sini juga tersimpan bekas tiang soko guru dan sirap karena masjid ini sudah mengalami beberapa kali renovasi, tetapi sebagian besar masih asli.  Ada pula kentongan  kuno. Di bagian belakang masjid terdapat makam raja-raja kerajaan Bintoro Demak, termasuk makam Raden Fatah.

Jangan lewatkan juga untuk melihat kitab tafsir  Alquran hasil tulisan tangan Sunan Bonang yang tersimpan dalam lemari kaca.

5. Museum Purbakala Sangiran



Sangiran merupakan situs arkeologi manusia purba terlengkap di Asia. Areanya seluas 56 km² berada di kaki Gunung Lawu, Jawa Tengah, atau sekitar 15 km utara Surakarta di lembah Sungai Bengawan Solo. Sangiran memberi informasi lengkap sejarah kehidupan manusia purba meliputi habitat, pola kehidupannya, binatang yang hidup bersamanya, hingga proses terjadinya bentang alam dalam kurun waktu tidak kurang dari 2 juta tahun (Pliosen Akhir hingga akhir Pleistosen Tengah).

Sementara itu, Museum Sangiran masih berlokasi di sekitaran situs arkeologi  ini. Di sini Anda dapat melihat sekitar 13.809 koleksi fosil manusia purba dan merupakan terlengkap di Asia. Ada juga fosil hewan bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut, alat-alat batu, dan beberapa jenis hewan seperti badak, sapi, rusa, banteng, dan kerbau. Tersedia juga ruang audio visual untuk menyaksikan fosil tinggalan kehidupan masa prasejarah di Sangiran. Museum Sangiran saat ini menjadi sebuah museum megah dengan arsitektur modern. Di isni Anda dapat melihat dari dekat koleksi fosil manusia purba, binatang yang hidup pada masa itu, hingga peralatan yang digunakannya.

Situs Sangiran merupakan obyek wisata ilmiah yang menarik. Tempat ini memiliki nilai tinggi bagi ilmu pengetahuan dan merupakan aset Indonesia. Sejak tahun 1977 situs Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Tahun 1996 Sangiran terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO sebagai World Heritage (No. 593, dokumen WHC-96/Conf.201/21).

Sejak ditetapkannya sebagai World Heritage oleh UNESCO, Sangiran memberi sumbangannya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di dunia khususnya ilmu arkeologi, geologi, paleoanthropologi, dan biologi. Dilihat dari hasil temuannya, Situs Sangiran merupakan situs purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di dunia.

Situs Sangiran mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Sragen yaitu Kalijambe, Gemolong dan Plupuh serta Gondangrejo di Kabupaten Karanganyar.  Awalnya Situs Sangiran adalah sebuah kubah penelitian yang dinamakan Kubah Sangiran kemudian tererosi bagian puncaknya sehingga membentuk sebuah depresi akibat pergerakan dari aliran sungai. Pada depresi itu ditemukan lapisan tanah yang mengandung informasi tentang kehidupan di masa lampau.

Tahun 1934 antropolog Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald memulai penelitian di area tersebut. Pada tahun-tahun berikutnya dari hasil penggalian ditemukan fosil Pithecanthropus erectus atau Manusia Jawa. Ada sekitar 60 lebih fosil lainnya di antaranya fosil Meganthropus palaeojavanicus yang ditemukan di situs ini.

Kawasan Sangiran menyimpan misteri yang sangat menarik untuk diungkap. Manusia purba jenis Homo erectus yang ditemukan di wilayah Sangiran ada sekitar lebih dari 100 individu yang mengalami masa evolusi tidak kurang dari 1 juta tahun. Jumlah ini mewakili 65% dari seluruh fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia dan merupakan 50% dari jumlah fosil sejenis yang ditemukan di  dunia. Jenis Homo erectus yang ditemukan adalah dari masa Pleistosen Awal dan Pleistosen Tengah, dan mungkin juga pada Pelistosen Akhir. Manusia jenis ini mempunyai ciri-ciri tinggi badan kurang lebih 165-180 cm dengan postur yang tegap, tetapi tidak setegap Meganthropus. Mereka memiliki geraham yang masih besar, rahang kuat, tonjolan kening tebal serta melintang pada dahi dari pelipis ke pelipis dan tonjolan belakang kepalanya nyata, dagu belum ada dan hidung lebar. Perkembangan otaknya baru memiliki volume sekitar 800-1100 cc dan  manusia ini digolongkan dalam Homo erectus arkaik.

Selain fosil manusia purba, di Sangiran ada juga fosil hewan bertulang belakang  hingga cangkang molusca. Fosil vertebrata ditemukan di semua lapisan (Kalibeng, Kabuh, dan Notopuro). Ditemukan juga fosil  gajah purba, badak, banteng, sapi, kerbau, dan rusa. Diperkirakan hewan-hewan tersebut hidup sezaman dengan Homo erectus dan menjadi binatang buruan mereka.

Keseluruhan fosil yang telah ditemukan sampai saat ini sebanyak 13.809 buah. Sebanyak 2.934 fosil disimpan di Ruang Pameran Museum Sangiran dan 10.875 fosil lainnya disimpan di gudang penyimpanan. Beberapa fosil manusia purba disimpan di Museum Geologi Bandung dan Laboratorium Paleoanthropologi Yogyakarta.

Ladang fosil di situs Sangiran sangat khas, Anda dapat melihat jelas pada bagian yang bertebing curam yaitu stratigrafi yang menunjukkan empat formasi (lapisan tanah). Stratigrafi merupakan studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi.

Keberadaan Kawasan Sangiran sangatlah penting dan menarik, secara nyata Anda dapat melihat lokasi temuan dan lapisan stratigrafi yang sudah berumur jutaan tahun. Saat ini arealnya seluas 56 km² tersebut masih dihuni oleh masyarakat sekitar Sangiran. Sangiran merupakan aset yang sangat penting secara nasional maupun internasional.
Nah Pembaca Pintar, sudah menetapkan mana destinasi wisata tahun baru anda? Semoga informasi di atas bisa menjadi salah satu referensi tujuan wisata anda.
Selamat menyambut tahun baru 2015!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar