Tidak terasa, dalam hitungan jam kita akan berpindah dari tahun 2014 menuju tahun baru 2015. Sudahkah anda membuat resolusi untuk tahun baru nanti? Sudahkah anda merenungkan hal apa saja yang belum anda capai tahun 2014 ini?
Semoga apapun yang anda dan keluarga anda cita-citakan nanti bisa segera tercapai. Satu kunci yang patut kita pegang sebagai orang yang beriman yaitu: IKHTIAR. Tanpa do'a, usaha tak ada guna. Tanpa usaha pula, do'a akan terasa tak bernyawa.
Nah, kami akan sekedar berbagi info dengan anda mengenai beberapa destinasi wisata yang bisa anda kunjungi untuk mengisi acara pergantian tahun anda nanti malam. Beberapa destinasi wisata yang kami rekomendasikan adalah yang berada di provinsi Jawa Tengah.
Disadur dari website resmi wisata Nusantara, https://indonesia.travel, kami akan mengulas beberapa tempat yang mungkin bisa jadi tujuan utama anda memperkenalkan spot-spot wisata alam, religi maupun budaya kepada buah hati anda. So, check these spots out! :)
1. Keraton Kasunanan Solo
Jika
berbicara mengenai Kota Solo, salah satu yang terlintas dibenak kita
adalah kemegahan Keraton Kasunanan Solo. Keberadaan keraton ini tidak
lepas dari budaya, nilai sejarah dan nilai magisnya. Pembangunan keraton
dilakukan dari tahun 1743 hingga 1745. Konstruksi bangunan keraton
menggunakan bahan kayu jati yang diperoleh dari Alas Kethu di dekat kota
Wonogiri. Luas keraton ini sekitar 54 hektar, mulai dari Alun- Alun
Utara hingga Alun-Alun Selatan dan dikitari oleh Pasar Klewer dan Masjid
Agung Surakarta.
Bangunan keraton terdiri dari Pagelaran, Siti Hinggil,Kori Brojowolo, Kori Kamandungan, Kori Sri Manganti, dan Panggung Sangga Buwana. Sedangkan bagian keraton yang tidak boleh dikunjungi wisatawan adalah Sasana Sewaka, Sasana Pustaka, dan Maligi.
Keraton ini juga memiliki museum yang menyimpan barang-barang peninggalan keraton dan fragmen candi-candi di Jawa Tengah. Benda-benda yang dipamerkan mulai dari alat memasak abdi dalem seperti: dandang, mangkuk serta beberapa peralatan memasak dari gerabah sampai senjata-senjata kuno yang digunakan keluarga kerajaan, juga peralatan kesenian. Koleksi menarik lainnya antara lain kereta kencana, topi kebesaran Paku Buwana VI, Paku Buwana VII, serta Paku Buwana X.
Bangunan keraton terdiri dari Pagelaran, Siti Hinggil,Kori Brojowolo, Kori Kamandungan, Kori Sri Manganti, dan Panggung Sangga Buwana. Sedangkan bagian keraton yang tidak boleh dikunjungi wisatawan adalah Sasana Sewaka, Sasana Pustaka, dan Maligi.
Keraton ini juga memiliki museum yang menyimpan barang-barang peninggalan keraton dan fragmen candi-candi di Jawa Tengah. Benda-benda yang dipamerkan mulai dari alat memasak abdi dalem seperti: dandang, mangkuk serta beberapa peralatan memasak dari gerabah sampai senjata-senjata kuno yang digunakan keluarga kerajaan, juga peralatan kesenian. Koleksi menarik lainnya antara lain kereta kencana, topi kebesaran Paku Buwana VI, Paku Buwana VII, serta Paku Buwana X.
Di samping museum terdapat Sasana
Sewaka. Halaman Sasana Sewaka diselimuti oleh hamparan pasir yang
diambil langsung dari Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo.
Di keraton ini juga terdapat menara yang
disebut Panggung Sanggabuwana yang konon digunakan oleh Susuhunan untuk
bersemedi dan bertemu Nyai Rara Kidul, penguasa Pantai Selatan. Selain
sebagai tempat semedi, menara ini juga berfungsi sebagai menara
pertahanan untuk mengontrol keadaan di sekeliling keraton.
Menjelajah Keraton Kasunanan berarti menjelajah sejarah, seni dan budaya
dalam waktu yang bersamaan. Anda akan mendapatkan banyak informasi
mengenai kehidupan keraton sehingga membuat kunjungan Anda sangat
berarti. Menelusuri setiap sudut ruangan di dalam keraton merupakan
kegiatan yang menarik karena desain ruangannya sangat unik dan bernilai
seni tinggi. Merapat dengan benda-benda peninggalan keraton yang
disimpan dengan apik di dalam museum akan menyadarkan Anda bahwa keraton
ini memiliki kekayaan yang bernilai tinggi sekaligus sakral.
2. Candi Borobudur
Candi Borobodur adalah monumen Buddha
terbesar di dunia. Dibangun pada masa Raja Samaratungga dari Wangsa
Syailendra pada tahun 824. Candi Borobudur dibangun 300 tahun sebelum
Angkor Wat di Kamboja dan 400 tahun sebelum katedral-katedral agung di
Eropa.
Candi Borobudur memiliki luas 123x123 m²
dengan 504 patung Buddha, 72 stupa terawang dan 1 stupa induk. Bentuk
candi ini beraksitektur Gupta yang mencerminkan pengaruh India. Setelah
berkunjung ke sini Anda akan memahami mengapa Borobudur memiliki daya
tarik bagi pengunjung dan merupakan ikon warisan budaya Indonesia.
Lembaga internasional dari PBB yaitu
UNESCO mengakui sekaligus memuji Candi Borobudur sebagai salah satu
monumen Budha terbesar di dunia. Di Candi ini ada 2672 panel relief yang
apabila disusun berjajar maka panjangnya mencapai 6 km. Ansambel
reliefnya merupakan yang paling lengkap di dunia dan tak tertandingi
nilai seninya serta setiap adegannya adalah mahakarya yang utuh.
Sejak pertengahan abad ke-9 hingga awal
abad ke-11, Candi Borobudur menjadi tempat peziarah umat Budha dari
China, India, Tibet, dan Kamboja. Candi Borobudur menjadi salah satu
jejak sejarah paling penting dalam perkembangan peradaban manusia.
Kemegahan dan keagungan arsitektur Candi Borobudur merupakan harta karun
dunia yang mengagumkan dan tak ternilai harganya.
Borobudur terdiri dari 1460 panel relief
dan 504 stupa namun sebenarnya masih ada 160 panel yang sengaja
ditimbun di bagian paling bawah, berisi adegan Sutra Karmawibhangga
(hukum sebab-akibat). Ada pula yang menyatakan bahwa penimbunan bagian
bawah tersebut untuk menguatkan bagian pondasi yang sejak awal ditemukan
sudah sangat rusak.
Candi Borobudur dibangun selama 75 tahun
di bawah pimpinan arsitek Gunadarma dengan 60.000 meter kubik batuan
vulkanik dari Sungai Elo dan Progo yang terletak sekitar 2 km sebelah
timur candi. Saat itu sistem metrik belum dikenal dan satuan panjang
yang digunakan untuk membangun Candi Borobudur adalah tala yang dihitung
dengan cara merentangkan ibu jari dan jari tengah atau mengukur panjang
rambut dari dahi hingga dasar dagu.
Berdasarkan prasasti Karangtengah dan
Kahulunan, sejarawan J.G. de Casparis memperkirakan pendiri Borobudur
adalah raja Mataram kuno dari dinasti Syailendra bernama Samaratungga,
dan membangunan candi ini sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru
dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad.
Pada awalnya, candi ini diperkirakan
sebagai tempat pemujaan. J.G. de Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi
Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa Sansekerta yang berarti "Bukit himpunan
kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.
Sebagian sejarawan juga ada yang menyatakan bahwa nama Borobudur ini
berasal dari bahasa Sansekerta yaitu "Vihara Buddha Uhr” yang artinya
“Biara Buddha di Bukit”.
Candi ini berada di Jawa Tengah, di
puncak bukit menghadap ke sawah yang subur di antara bukit-bukit yang
renggang. Cakupan wilayahnya sangat besar, yakni berukuran 123 x 123
meter. Candi Borobudur ternyata dibangun di atas sebuah danau purba.
Dulu, kawasan tersebut merupakan muara dari berbagai aliran sungai.
Karena tertimbun endapan lahar kemudian menjadi dataran. Pada akhir abad
ke VIII, Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra lantas membangun
Candi Borobudur yang dipimpin arsitek bernama Gunadharma hinggga
selesainya tahun 746 Saka atau 824 Masehi.
Luas bangunan Candi Borobudur ialah
15.129 m² yang tersusun dari 55.000 m³ batu, terdiri dari 2 juta
potongan batu-batuan. Ukuran batu rata-rata 25 x 10 x 15 cm. Panjang
potongan batu secara keseluruhan 500 km dengan berat keseluruhan batu
1,3 juta ton. Dinding-dinding Candi Borobudur dikelilingi oleh
gambar-gambar atau relief yang merupakan satu rangkaian cerita yang
terususun dalam 1.460 panel. Panjang panel masing-masing 2 meter. Jadi
kalau rangkaian relief itu dibentangkan maka kurang lebih panjang relief
seluruhnya mencapai 3 km. Candi ini memiliki 10 tingkat, dimana tingkat
1-6 berbentuk bujur sangkar, sedangkan tingkat 7-10 berbentuk bundar.
Arca yang terdapat di seluruh bangunan candi berjumlah 504 buah.
Sedangkan, tinggi candi dari permukaan tanah sampai ujung stupa induk
dulunya 42 meter, namun sekarang tinggal 34,5 meter setelah tersambar
petir. Bagian paling atas di tingkat ke-10 terdapat stupa besar
berdiameter 9,90 m, dengan tinggi 7 m.
Arsitektur dan bangunan batu candi ini sungguh tiada bandingannya. Candi ini dibangun tanpa menggunakan semen. Strukturnya seperti sebuah kesatuan deretan lego yang saling mengukuhkan dan dibuat bersamaan tanpa lem sedikitpun.
Sir Thomas Stanford Raffles menemukan
Borobudur pada tahun 1814 dalam kondisi rusak dan memerintahkan supaya
situs tersebut dibersihkan dan dipelajari secara menyeluruh. Keberadaan
Borobudur sebenarnya telah diketahui penduduk lokal di abad ke-18 dimana
sebelumnya tertimbun material Gunung Merapi.
Proyek restorasi Borobudur secara
besar-besaran kemudian dimulai dari tahun 1905 sampai tahun 1910. Dengan
bantuan dari UNESCO, restorasi kedua untuk menyelamatkan Borobudur
dilaksanakan dari bulan Agustus 1913 sampai tahun 1983. Candi ini tetap
kuat meski selama sepuluh abad tak terpelihara.
Tahun 1970-an Pemerintah Indonesia dan
UNESCO bekerja sama untuk mengembalikan keagungan Borobudur. Perbaikan
yang dilakukan memakan waktu delapan tahun sampai dengan selesai dan
saat ini Borobudur adalah salah satu keajaiban dan harta Indonesia dan
dunia yang berharga.
Berbagai disiplin ilmu pengetahuan
terlibat dalam usaha rekonstruksi Candi Borobudur yang dilakukan oleh
Teodhorus van Erp tahun 1911, Prof. Dr. C. Coremans tahun 1956, dan
Prof.Ir. Roosseno tahun 1971. Kita patut menghargai usaha mereka
memimpin pemugaran candi mengingat berbagai kendala dan kesulitan yang
dihadapi tidaklah mudah. Tahun 1991 akhirnya Borobudur ditetapkan
sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO.
Candi Borobudur dihiasi dengan
ukiran-ukiran batu pada reliefnya yang mewakili gambaran dari kehidupan
Budha. Para arkeolog menyatakan bahwa candi Borobudur memiliki 1.460
rangkaian relief di sepanjang tembok dan anjungan. Relief ini
terlengkap dan terbesar di dunia sehingga nilai seninya tak tertandingi.
Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai dan berakhir
pada pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya. Cerita dimulai dari
sebelah kiri dan berakhir di sebelah kanan pintu gerbangnya.
Monumen ini adalah tempat suci dan tempat berziarah kaum Budha. Tingkat sepuluh candi melambangkan tiga divisi sistem kosmik agama Budha. Ketika Anda memulai perjalanan mereka melewati dasar candi untuk menuju ke atas, mereka akan melewati tiga tingkatan dari kosmologi Budhis dan hakekatnya merupakan “tiruan” dari alam semesta yang menurut ajaran Budha terdiri atas 3 bagian besar, yaitu: (1) Kamadhatu atau dunia keinginan; (2) Rupadhatu atau dunia berbentuk; dan (3) Arupadhatu atau dunia tak berbentuk.
Seluruh monumen itu sendiri menyerupai
stupa raksasa, namun dilihat dari atas membentuk sebuah mandala. Stupa
besar di puncak candi berada 40 meter di atas tanah. Kubah utama ini
dikelilingi oleh 72 patung Budha yang berada di dalam stupa yang
berlubang.
3. Dataran Tinggi Dieng
Dataran tinggi Dieng terletak 30 km dari
kota Wonosobo, tepatnya di perbatasan Kabupaten Banjarnegara dan
Kabupaten Wonosobo. Dataran tinggi Dieng memiliki banyak candi-candi
kecil kuno yang indah terhampar di kawasan dataran tinggi gunung api.
Di tempat ini Anda dapat melihat candi
bercorak Hindu dengan arsitektur yang indah dan unik. Selain itu daerah
wisata ini juga memiliki Dieng Plateau Theater yang menyediakan
informasi keajadian alam di sekitar Dieng. Bioskop ini mampu menampung
100 kursi, memiliki taman yang asri dan sangat nyaman untuk Anda
bersantai sambil dimanjakan dengan panorama indah dari rangkaian
pegunungan sekitarnya.
Nama ‘Dieng’ sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “Di” yang berarti tempat yang tinggi dan ”Hyang” yang
artinya tempat para dewa dewi. Diartikan kemudian sebagai tempat
kediaman para dewa dan dewi. Ada juga yang mengartikannya dari bahasa
Jawa yaitu “adi” berarti indah, berpadu dengan kata “aeng” yang artinya aneh. Penduduk setempat kadang mengartikannya sebagai tempat yang indah penuh dengan suasana spiritual.
Dataran tinggi Dieng bagaikan negeri di
atas awan. Terhampar di ketinggian 2.000 m di atas permukaan laut
membuat udaranya sejuk dan menyegarkan serta ditutupi kabut tebal.
Karena keindahannya yang menakjubkan inilah diyakini bahwa Dieng dipilih
sebagai tempat yang sakral dan tempat bersemayamnya dewa dewi.
Anda akan melihat lumpur mendidih yang
mengeluarkan gelembung, danau belerang berwarna cerah, dan kabut tebal
yang menyelimuti dataran tinggi Dieng. Melihat, merasakan, dan
membayangkan tempat ini secara langsung akan membuat Anda memahami
mengapa masyarakat Jawa menganggap Dieng sebagai tempat yang memiliki
kekuatan supernatural. Saat terpesona dengan keindahan alam Dieng maka
Anda sekaligus juga merasakan getaran misterius di tempat ini.
Kawasan Dieng memiliki banyak
candi-candi kecil yang dinamai tokoh-tokoh cerita epik Mahabrata
seperti Bima, Gatot kaca, Arjuna dan Srikandi. Diyakini bahwa
candi-candi ini dulu digunakan sebagai tempat tinggal para pendeta yang
menyebarkan ajaran Hindu.
Keindahan pemandangan alam kawasan Dieng
telah banyak memukau wisatawan yang datang dan memberi kesan mendalam
secara pribadi. Mulai dari danau-danau berwarna hijau dan kuning, airnya
yang jernih dapat menjadi cermin, keindahan alam kawasan ini sungguh
luar biasa. Danau cermin ini merupakan fenomena keindahan dataran
tinggi Dieng yang sungguh mengagumkan.
Jika Anda mendaki ke atas dataran tinggi
Dieng maka seolah berada di puncak dunia. Anda akan mendapatkan
pengalaman yang luar biasa saat melihat pemandangan danau yang
berwarna-warni dan berkabut tebal di sekelilingnya.
Bila itu belum cukup dan Anda ingin
merasakan pengalaman yang lebih spektakuler maka datanglah ke dataran
tinggi Dieng untuk melihat matahari saat terbit dan terbenam dengan
warna keemasan dan keperakan yang luar biasa. Sunrise yang indah ini merupakan fenomena alam yang unik dan mengagumkan apalagi bila Anda melihatnya dari atas candi.
Saat perjalanan menuju ke daratan tinggi Dieng ini Anda akan melewati perkebunan tembakau dan pemandangan gunung yang indah.
Menelisik fenomena anak gimbal atau
penduduk setempat menyebut "anak gembel" yang tinggal di Dataran Tinggi
Dieng merupakan pengalaman yang unik. Menurut kepercayaan warga
setempat, anak gimbal merupakan anugerah dari para dewa sehingga
fenomena ini patut disukuri. Biasanya jika rambut anak gimbal dipaksakan
dipotong, maka si anak akan cenderung sakit-sakitan, dan anehnya rambut
gimbal anak-anak gimbal tidak secara alami tumbuh ketika mereka
dilahirkan, namun tumbuh saat usia mereka menginjak 1-2 tahun.
4. Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak memiliki banyak
keunikan dengan umur lebih dari 500 tahun. Desain arsitekturnya masih
tampak anggun bergaya lokal. Wujud Masjid Agung Demak memberi kesan
megah, anggun, dan karismatik. Di sini Anda dapat menikmati
arsitekturnya yang unik dan bernilai sejarah tinggi. Tentunya wisata
religi dan ziarah adalah tema utamanya. Anda akan merasakan kesejukan
dan kenyamanan bersujud di dalam masjid meski di luar terasa panas.
Teras masjid juga cukup luas dinaungi
atap dan lantai keramik yang menjadikan Anda nyaman untuk duduk-duduk
atau berbaring. Apalagi bila Anda telah melakukan perjalanan jauh untuk
sekedar singgah di sini.
Saat Anda memasuki kawasan masjid maka akan disambut pintu masuk utama masjid bernama Lawang Bhledeg yang dipercaya mampu menangkal petir. Pintu ini juga bertuliskan Nogo Mulat Saliro Wani yaitu bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 M atau 887 H. Serambi di bagian depan masjid berupa ruang terbuka tanpa dinding dan ruangan dalam. Ada juga tempat khusus jamaah wanita di sebelah kiri yang disebut Pawestren dan telah dibuat tahun 1866 M.
Masjid Agung Demak berdiri di tengah kota menghadap alun-alun yang merupakan pusat kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan. Kota Demak sendiri saat itu seakan ingin meyatukan kawasan masjid, kraton dan saran-sarana pendukungnya termasuk alun-alun di bagian tengah. Lima buah pintu yang menghubungkan satu bagian dengan bagian yang lain sekaligus sebagai lambang 5 rukun Islam yakni syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Sementara enam jendelanya melambangkan 6 rukun iman yakni percaya kepada Allah SWT, percaya kepada rasul-rasul-Nya, percaya kepada kitab-Nya, percaya kepada malaikat-Nya, percaya datangnya kiamat, serta percaya kepada qada dan qadar.
Di samping masjid ada ruangan kecil berfungsi sebagai museum penyimpan benda-benda bersejarah. Di sini juga tersimpan bekas tiang soko guru dan sirap karena masjid ini sudah mengalami beberapa kali renovasi, tetapi sebagian besar masih asli. Ada pula kentongan kuno. Di bagian belakang masjid terdapat makam raja-raja kerajaan Bintoro Demak, termasuk makam Raden Fatah.
Jangan lewatkan juga untuk melihat kitab tafsir Alquran hasil tulisan tangan Sunan Bonang yang tersimpan dalam lemari kaca.
Saat Anda memasuki kawasan masjid maka akan disambut pintu masuk utama masjid bernama Lawang Bhledeg yang dipercaya mampu menangkal petir. Pintu ini juga bertuliskan Nogo Mulat Saliro Wani yaitu bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 M atau 887 H. Serambi di bagian depan masjid berupa ruang terbuka tanpa dinding dan ruangan dalam. Ada juga tempat khusus jamaah wanita di sebelah kiri yang disebut Pawestren dan telah dibuat tahun 1866 M.
Masjid Agung Demak berdiri di tengah kota menghadap alun-alun yang merupakan pusat kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan. Kota Demak sendiri saat itu seakan ingin meyatukan kawasan masjid, kraton dan saran-sarana pendukungnya termasuk alun-alun di bagian tengah. Lima buah pintu yang menghubungkan satu bagian dengan bagian yang lain sekaligus sebagai lambang 5 rukun Islam yakni syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Sementara enam jendelanya melambangkan 6 rukun iman yakni percaya kepada Allah SWT, percaya kepada rasul-rasul-Nya, percaya kepada kitab-Nya, percaya kepada malaikat-Nya, percaya datangnya kiamat, serta percaya kepada qada dan qadar.
Di samping masjid ada ruangan kecil berfungsi sebagai museum penyimpan benda-benda bersejarah. Di sini juga tersimpan bekas tiang soko guru dan sirap karena masjid ini sudah mengalami beberapa kali renovasi, tetapi sebagian besar masih asli. Ada pula kentongan kuno. Di bagian belakang masjid terdapat makam raja-raja kerajaan Bintoro Demak, termasuk makam Raden Fatah.
Jangan lewatkan juga untuk melihat kitab tafsir Alquran hasil tulisan tangan Sunan Bonang yang tersimpan dalam lemari kaca.
5. Museum Purbakala Sangiran
Sangiran merupakan situs arkeologi manusia purba terlengkap di Asia. Areanya seluas 56 km² berada di kaki Gunung Lawu, Jawa Tengah, atau sekitar 15 km utara Surakarta di lembah Sungai Bengawan Solo.
Sangiran memberi informasi lengkap sejarah kehidupan manusia purba
meliputi habitat, pola kehidupannya, binatang yang hidup bersamanya,
hingga proses terjadinya bentang alam dalam kurun waktu tidak kurang
dari 2 juta tahun (Pliosen Akhir hingga akhir Pleistosen Tengah).
Sementara itu, Museum Sangiran masih berlokasi di sekitaran situs arkeologi ini. Di sini Anda dapat melihat sekitar 13.809 koleksi fosil manusia purba dan merupakan terlengkap di Asia. Ada juga fosil hewan bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut, alat-alat batu, dan beberapa jenis hewan seperti badak, sapi, rusa, banteng, dan kerbau. Tersedia juga ruang audio visual untuk menyaksikan fosil tinggalan kehidupan masa prasejarah di Sangiran. Museum Sangiran saat ini menjadi sebuah museum megah dengan arsitektur modern. Di isni Anda dapat melihat dari dekat koleksi fosil manusia purba, binatang yang hidup pada masa itu, hingga peralatan yang digunakannya.
Situs Sangiran merupakan obyek wisata ilmiah yang menarik. Tempat ini memiliki nilai tinggi bagi ilmu pengetahuan dan merupakan aset Indonesia. Sejak tahun 1977 situs Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Tahun 1996 Sangiran terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO sebagai World Heritage (No. 593, dokumen WHC-96/Conf.201/21).
Sejak ditetapkannya sebagai World Heritage oleh UNESCO, Sangiran memberi sumbangannya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di dunia khususnya ilmu arkeologi, geologi, paleoanthropologi, dan biologi. Dilihat dari hasil temuannya, Situs Sangiran merupakan situs purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di dunia.
Situs Sangiran mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Sragen yaitu Kalijambe, Gemolong dan Plupuh serta Gondangrejo di Kabupaten Karanganyar. Awalnya Situs Sangiran adalah sebuah kubah penelitian yang dinamakan Kubah Sangiran kemudian tererosi bagian puncaknya sehingga membentuk sebuah depresi akibat pergerakan dari aliran sungai. Pada depresi itu ditemukan lapisan tanah yang mengandung informasi tentang kehidupan di masa lampau.
Tahun 1934 antropolog Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald memulai penelitian di area tersebut. Pada tahun-tahun berikutnya dari hasil penggalian ditemukan fosil Pithecanthropus erectus atau Manusia Jawa. Ada sekitar 60 lebih fosil lainnya di antaranya fosil Meganthropus palaeojavanicus yang ditemukan di situs ini.
Sementara itu, Museum Sangiran masih berlokasi di sekitaran situs arkeologi ini. Di sini Anda dapat melihat sekitar 13.809 koleksi fosil manusia purba dan merupakan terlengkap di Asia. Ada juga fosil hewan bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut, alat-alat batu, dan beberapa jenis hewan seperti badak, sapi, rusa, banteng, dan kerbau. Tersedia juga ruang audio visual untuk menyaksikan fosil tinggalan kehidupan masa prasejarah di Sangiran. Museum Sangiran saat ini menjadi sebuah museum megah dengan arsitektur modern. Di isni Anda dapat melihat dari dekat koleksi fosil manusia purba, binatang yang hidup pada masa itu, hingga peralatan yang digunakannya.
Situs Sangiran merupakan obyek wisata ilmiah yang menarik. Tempat ini memiliki nilai tinggi bagi ilmu pengetahuan dan merupakan aset Indonesia. Sejak tahun 1977 situs Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Tahun 1996 Sangiran terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO sebagai World Heritage (No. 593, dokumen WHC-96/Conf.201/21).
Sejak ditetapkannya sebagai World Heritage oleh UNESCO, Sangiran memberi sumbangannya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di dunia khususnya ilmu arkeologi, geologi, paleoanthropologi, dan biologi. Dilihat dari hasil temuannya, Situs Sangiran merupakan situs purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di dunia.
Situs Sangiran mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Sragen yaitu Kalijambe, Gemolong dan Plupuh serta Gondangrejo di Kabupaten Karanganyar. Awalnya Situs Sangiran adalah sebuah kubah penelitian yang dinamakan Kubah Sangiran kemudian tererosi bagian puncaknya sehingga membentuk sebuah depresi akibat pergerakan dari aliran sungai. Pada depresi itu ditemukan lapisan tanah yang mengandung informasi tentang kehidupan di masa lampau.
Tahun 1934 antropolog Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald memulai penelitian di area tersebut. Pada tahun-tahun berikutnya dari hasil penggalian ditemukan fosil Pithecanthropus erectus atau Manusia Jawa. Ada sekitar 60 lebih fosil lainnya di antaranya fosil Meganthropus palaeojavanicus yang ditemukan di situs ini.
Kawasan Sangiran menyimpan misteri yang sangat menarik untuk diungkap. Manusia purba jenis Homo erectus
yang ditemukan di wilayah Sangiran ada sekitar lebih dari 100 individu
yang mengalami masa evolusi tidak kurang dari 1 juta tahun. Jumlah ini
mewakili 65% dari seluruh fosil manusia purba yang ditemukan di
Indonesia dan merupakan 50% dari jumlah fosil sejenis yang ditemukan di
dunia. Jenis Homo erectus yang ditemukan adalah dari masa
Pleistosen Awal dan Pleistosen Tengah, dan mungkin juga pada Pelistosen
Akhir. Manusia jenis ini mempunyai ciri-ciri tinggi badan kurang lebih
165-180 cm dengan postur yang tegap, tetapi tidak setegap Meganthropus.
Mereka memiliki geraham yang masih besar, rahang kuat, tonjolan kening
tebal serta melintang pada dahi dari pelipis ke pelipis dan tonjolan
belakang kepalanya nyata, dagu belum ada dan hidung lebar. Perkembangan
otaknya baru memiliki volume sekitar 800-1100 cc dan manusia ini
digolongkan dalam Homo erectus arkaik.
Selain fosil manusia purba, di Sangiran ada juga fosil hewan bertulang belakang hingga cangkang molusca. Fosil vertebrata ditemukan di semua lapisan (Kalibeng, Kabuh, dan Notopuro). Ditemukan juga fosil gajah purba, badak, banteng, sapi, kerbau, dan rusa. Diperkirakan hewan-hewan tersebut hidup sezaman dengan Homo erectus dan menjadi binatang buruan mereka.
Keseluruhan fosil yang telah ditemukan sampai saat ini sebanyak 13.809 buah. Sebanyak 2.934 fosil disimpan di Ruang Pameran Museum Sangiran dan 10.875 fosil lainnya disimpan di gudang penyimpanan. Beberapa fosil manusia purba disimpan di Museum Geologi Bandung dan Laboratorium Paleoanthropologi Yogyakarta.
Ladang fosil di situs Sangiran sangat khas, Anda dapat melihat jelas pada bagian yang bertebing curam yaitu stratigrafi yang menunjukkan empat formasi (lapisan tanah). Stratigrafi merupakan studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi.
Keberadaan Kawasan Sangiran sangatlah penting dan menarik, secara nyata Anda dapat melihat lokasi temuan dan lapisan stratigrafi yang sudah berumur jutaan tahun. Saat ini arealnya seluas 56 km² tersebut masih dihuni oleh masyarakat sekitar Sangiran. Sangiran merupakan aset yang sangat penting secara nasional maupun internasional.
Selain fosil manusia purba, di Sangiran ada juga fosil hewan bertulang belakang hingga cangkang molusca. Fosil vertebrata ditemukan di semua lapisan (Kalibeng, Kabuh, dan Notopuro). Ditemukan juga fosil gajah purba, badak, banteng, sapi, kerbau, dan rusa. Diperkirakan hewan-hewan tersebut hidup sezaman dengan Homo erectus dan menjadi binatang buruan mereka.
Keseluruhan fosil yang telah ditemukan sampai saat ini sebanyak 13.809 buah. Sebanyak 2.934 fosil disimpan di Ruang Pameran Museum Sangiran dan 10.875 fosil lainnya disimpan di gudang penyimpanan. Beberapa fosil manusia purba disimpan di Museum Geologi Bandung dan Laboratorium Paleoanthropologi Yogyakarta.
Ladang fosil di situs Sangiran sangat khas, Anda dapat melihat jelas pada bagian yang bertebing curam yaitu stratigrafi yang menunjukkan empat formasi (lapisan tanah). Stratigrafi merupakan studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi.
Keberadaan Kawasan Sangiran sangatlah penting dan menarik, secara nyata Anda dapat melihat lokasi temuan dan lapisan stratigrafi yang sudah berumur jutaan tahun. Saat ini arealnya seluas 56 km² tersebut masih dihuni oleh masyarakat sekitar Sangiran. Sangiran merupakan aset yang sangat penting secara nasional maupun internasional.
Nah Pembaca Pintar, sudah menetapkan mana destinasi wisata tahun baru anda? Semoga informasi di atas bisa menjadi salah satu referensi tujuan wisata anda.
Selamat menyambut tahun baru 2015!